Senin, 16 Juni 2025

Jemaat yang Suam-Suam Kuku

 

Khotbah: "Jemaat yang Suam-Suam Kuku"

Teks: Wahyu 3:15-16

"Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku."

I. Pendahuluan

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
Hari ini kita akan merenungkan satu teguran keras dari Tuhan Yesus sendiri kepada jemaat di Laodikia. Sebuah teguran yang tajam, tapi sangat relevan dengan kehidupan iman kita hari ini. Kita akan berbicara tentang suatu kondisi rohani yang berbahaya — suam-suam kuku.

Apa maksud Tuhan saat berkata "Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku"? Dan bagaimana kita bisa terhindar dari kondisi rohani ini?

 

II. Latar Belakang Jemaat Laodikia

Laodikia adalah kota kaya dan makmur. Jemaat di sana hidup dalam kelimpahan materi, tetapi Tuhan melihat kekeringan rohani yang serius. Mereka merasa cukup, tapi sesungguhnya miskin di mata Tuhan.

Wahyu 3:17:
"Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang."

Suatu peringatan bahwa kesejahteraan jasmani tidak selalu berarti sehat secara rohani.

 

III. Arti "Suam-Suam Kuku"

Yesus menggunakan istilah yang sangat menarik: "suam-suam kuku".
Laodikia secara geografis terletak di antara dua kota:

  • Hierapolis dengan air panasnya (menyembuhkan),
  • Kolose dengan air dinginnya (menyegarkan).

Laodikia tidak punya sumber air sendiri. Air yang sampai ke kota itu menjadi suam-suam kuku tidak berguna, tidak menyegarkan, dan tidak menyembuhkan.

Jadi saat Tuhan menyebut mereka suam-suam kuku, Dia sedang mengatakan:

  • Imanmu tidak membawa dampak.
  • Hatimu tidak menyala bagi Tuhan, tapi juga tidak sepenuhnya menolak-Nya.
  • Engkau hidup dalam kompromi dan kebekuan rohani.

 

IV. Ciri-Ciri Jemaat yang Suam-Suam Kuku

1.    Tidak berkomitmen sepenuh hati
Hanya beribadah sebagai rutinitas. Tidak ada api kasih mula-mula.

2.    Merasa cukup tanpa Tuhan
Mengandalkan kekayaan, karier, atau aktivitas gereja, tapi kehilangan hubungan pribadi dengan Kristus.

3.    Tidak menghasilkan buah rohani
Tidak ada pertobatan sejati, tidak ada semangat pelayanan, tidak ada kesaksian hidup.

4.    Lebih takut kehilangan kenyamanan daripada kehilangan hadirat Tuhan.

 

V. Respons Tuhan: "Aku akan memuntahkan engkau"

Ini adalah ungkapan paling keras dari Yesus kepada jemaat mana pun dalam kitab Wahyu. Artinya:

  • Tuhan tidak berkenan pada iman yang setengah hati.
  • Tuhan lebih menghargai kejujuran seorang pendosa yang sadar diri daripada orang Kristen yang pura-pura rohani tapi dingin hati.

VI. Panggilan untuk Bertobat dan Dipulihkan

Tuhan Yesus tidak meninggalkan mereka. Dia berkata:

Wahyu 3:19-20 (TB):
"Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah! Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok..."

Ada kasih di balik teguran. Ada undangan untuk kembali.

 

VII. Aplikasi untuk Kita Hari Ini

1.    Evaluasi api kasih mula-mula kita. Apakah kita masih memiliki semangat melayani, berdoa, memuji, dan membaca Firman?

2.    Jangan andalkan hal duniawi sebagai tanda berkenan kepada Tuhan. Kekayaan, jabatan, atau kesuksesan bukan jaminan kerohanian sehat.

3.    Bangun kembali hubungan pribadi dengan Tuhan. Jadilah orang Kristen yang "panas" — penuh gairah, menyala oleh Roh Kudus.

Mari kita memilih untuk hidup dengan sepenuh hati bagi Tuhan. Jangan puas menjadi Kristen biasa-biasa saja. Mari menjadi terang yang menyala, garam yang memberi rasa, dan saksi yang hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar