Rabu, 16 Juli 2025
Senin, 16 Juni 2025
Menghadapi Perubahan Zaman dengan Iman yang Teguh
Khotbah "Menghadapi Perubahan Zaman dengan Iman yang Teguh"
Teks: 2
Timotius 3:1-5
Pendahuluan
Saudara-saudari
yang dikasihi Tuhan,
Kita hidup di zaman yang berubah sangat cepat. Perkembangan teknologi, gaya
hidup, bahkan nilai-nilai moral mengalami pergeseran. Di tengah perubahan ini,
firman Tuhan sudah terlebih dahulu memperingatkan kita melalui Rasul Paulus
dalam suratnya kepada Timotius: “Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan
datang masa yang sukar” (2 Timotius 3:1).
Pertanyaannya: Bagaimana orang
percaya harus menyikapi perubahan zaman ini?
I.
Tanda-Tanda Zaman yang Sukar (ayat 1-5)
Rasul
Paulus menyebutkan 18 ciri manusia di akhir zaman:
- Egois, hamba uang, sombong,
pemfitnah, pemberontak, tidak tahu berterima kasih,
dan sebagainya.
- Yang paling mencolok adalah:
“mereka beribadah, tetapi menyangkal kekuatannya” (ayat 5).
Aplikasi: Dunia semakin mengabaikan
Tuhan, bahkan banyak orang Kristen menjalani kekristenan secara formalitas —
ibadah tanpa transformasi. Kita dipanggil untuk sadar bahwa kesalehan sejati
ditandai oleh kehidupan yang berubah, bukan sekadar ritual.
II.
Tantangan bagi Orang Percaya
Perubahan
zaman membawa tantangan besar:
- Nilai-nilai Kristen dianggap
kuno.
- Tekanan untuk menyesuaikan
diri dengan dunia semakin kuat.
- Banyak orang menjadi
pencinta diri sendiri daripada pencinta Allah.
Contoh
kontekstual:
Kita lihat hari ini, media sosial mempromosikan narsisme; orang lebih suka
terlihat hebat daripada sungguh-sungguh menjadi pribadi yang takut akan Tuhan.
Refleksi: Apakah kita ikut hanyut dalam
arus ini, atau tetap berdiri teguh di atas kebenaran?
III.
Respon yang Benar di Tengah Perubahan Zaman
1. Hidup Berakar dalam Firman Tuhan
- Firman adalah kompas moral
di tengah kekacauan moral dunia.
- (2 Tim. 3:16-17) – “Segala
tulisan... berguna untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki
kelakuan, dan mendidik orang dalam kebenaran.”
2. Menjaga Relasi Pribadi dengan Tuhan
- Jangan hanya beragama, tapi
milikilah hubungan pribadi dengan Kristus.
- Doa, penyembahan, dan hidup
yang berbuah adalah bukti hubungan itu nyata.
3. Bersikap Tegas Terhadap Dosa
- “Jauhilah mereka itu!” (ayat
5b) — artinya, kita harus berani memisahkan diri dari gaya hidup yang
bertentangan dengan kehendak Tuhan.
Perubahan
zaman tidak bisa dihindari. Tetapi kita bisa memilih untuk tetap berdiri di
atas kebenaran. Dunia boleh berubah, tapi firman Tuhan tetap sama. Dalam
masa sukar, mari kita menjadi terang dan garam, menjadi pribadi yang bukan
hanya beribadah, tapi hidup dalam kuasa Allah yang nyata.
Jemaat yang Suam-Suam Kuku
Khotbah: "Jemaat yang Suam-Suam Kuku"
Teks:
Wahyu 3:15-16
"Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan
tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau
suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari
mulut-Ku."
I. Pendahuluan
Saudara-saudara
yang dikasihi Tuhan,
Hari ini kita akan merenungkan satu teguran keras dari Tuhan Yesus sendiri
kepada jemaat di Laodikia. Sebuah teguran yang tajam, tapi sangat relevan
dengan kehidupan iman kita hari ini. Kita akan berbicara tentang suatu
kondisi rohani yang berbahaya — suam-suam kuku.
Apa maksud
Tuhan saat berkata "Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku"? Dan
bagaimana kita bisa terhindar dari kondisi rohani ini?
II. Latar Belakang Jemaat
Laodikia
Laodikia
adalah kota
kaya dan makmur. Jemaat di sana hidup dalam kelimpahan materi, tetapi
Tuhan melihat kekeringan rohani yang serius. Mereka merasa cukup, tapi
sesungguhnya miskin di mata Tuhan.
Wahyu
3:17:
"Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan
aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau
melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang."
Suatu
peringatan bahwa kesejahteraan
jasmani tidak selalu berarti sehat secara rohani.
III. Arti "Suam-Suam
Kuku"
Yesus
menggunakan istilah yang sangat menarik: "suam-suam kuku".
Laodikia secara geografis terletak di antara dua kota:
- Hierapolis dengan air panasnya (menyembuhkan),
- Kolose dengan air dinginnya (menyegarkan).
Laodikia
tidak punya sumber air sendiri. Air yang sampai ke kota itu menjadi suam-suam kuku — tidak berguna, tidak menyegarkan, dan tidak
menyembuhkan.
Jadi saat Tuhan menyebut
mereka suam-suam kuku, Dia sedang mengatakan:
- Imanmu tidak membawa
dampak.
- Hatimu tidak menyala bagi Tuhan, tapi juga tidak sepenuhnya menolak-Nya.
- Engkau hidup dalam kompromi dan kebekuan rohani.
IV. Ciri-Ciri Jemaat yang
Suam-Suam Kuku
1.
Tidak berkomitmen
sepenuh hati
Hanya beribadah sebagai rutinitas. Tidak ada api kasih mula-mula.
2.
Merasa cukup tanpa Tuhan
Mengandalkan kekayaan, karier, atau aktivitas gereja, tapi kehilangan hubungan
pribadi dengan Kristus.
3.
Tidak menghasilkan buah
rohani
Tidak ada pertobatan sejati, tidak ada semangat pelayanan, tidak ada kesaksian
hidup.
4. Lebih takut kehilangan kenyamanan daripada kehilangan
hadirat Tuhan.
V. Respons Tuhan: "Aku
akan memuntahkan engkau"
Ini adalah ungkapan
paling keras dari Yesus kepada jemaat mana pun dalam kitab Wahyu. Artinya:
- Tuhan tidak berkenan pada iman yang setengah
hati.
- Tuhan lebih menghargai kejujuran seorang pendosa
yang sadar diri daripada orang Kristen yang pura-pura rohani tapi dingin
hati.
VI. Panggilan untuk Bertobat
dan Dipulihkan
Tuhan Yesus
tidak meninggalkan mereka. Dia berkata:
Wahyu
3:19-20 (TB):
"Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah
hatimu dan bertobatlah! Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok..."
Ada kasih di
balik teguran. Ada undangan untuk kembali.
VII.
Aplikasi untuk Kita Hari Ini
1.
Evaluasi api kasih mula-mula
kita. Apakah kita masih memiliki semangat
melayani, berdoa, memuji, dan membaca Firman?
2.
Jangan andalkan hal
duniawi sebagai tanda berkenan kepada Tuhan. Kekayaan, jabatan, atau kesuksesan bukan jaminan
kerohanian sehat.
3.
Bangun kembali hubungan
pribadi dengan Tuhan. Jadilah
orang Kristen yang "panas" — penuh gairah, menyala oleh Roh Kudus.
Mari kita
memilih untuk hidup dengan sepenuh hati bagi Tuhan. Jangan puas menjadi
Kristen biasa-biasa saja. Mari menjadi terang yang menyala, garam yang memberi
rasa, dan saksi yang hidup.