TEORI
KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN
Silas Sudarman
A. Pendahuluan
Istilah
kognisi berasal dari bahasa Latin cognoscere yang artinya mengetahui.
Kognisi dapat pula diartikan sebagai pemahaman terhadap pengetahuan atau
kemampuan untuk memperoleh pengetahuan. Istilah ini digunakan oleh filsuf untuk
mencari pemahaman terhadap cara manusia berpikir. Plato dan Aristotle telah
memuat topik tentang kognisi karena salah satu tujuan adalah memahami segala
gejala alam melalui pemahaman dari manusia itu sendiri.
B. Psikologi kognitif
Psikologi kognitif menyatakan bahwa
perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada diluar dirinya,
melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri. Faktor-faktor intern ini
berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar dan
dengan pengenalan itu manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus.
Berdasarkan pandangan tersebut teori belajar psikologi kognitif memandang
belajar sebagai proses perfungsian kognisi, terutama unsur pikiran, dengan kata
lain bahwa aktivitas belajar pada diri manusia ditentukan pada proses internal
dalam pikiran yakni proses pengolahan informasi.
Psikologi
Kognitif adalah suatu orientasi teoritis yang sifatnya ekletik (Eggen dan
Kauchak, 1997). Mereka menyatakan bahwa tidak ada satu teori belajar Kognitif,
tetapi lebih merupakan satu klaster (tandem, kumpulan) teori-teori Kognitif
(Elliott, dkk., 2000 : Slavin. 1994). Teori belajar Kognitif ini dipengaruhi
oleh ilmu Jiwa Gestalt dengan tokoh-tokohnya Max Wertheimer, Wolfgang Kohler, dan
Kurt Koffka (Elliot, dkk, 2000). Sumbangan ilmu Jiwa Gestalt yang utama kepada
teori belajar Kognitif adalah persepsi. Persepsi ini mempertajam pemikiran para
ahli kognitif modern lain seperti Bruner. Para ahli teori Gestalt memperluas
usaha mereka membawa paham kognitif ke perkembangan manusia, intelegensi, dan
terutama pemecahan masalah. Warisan terakhir teori Gestalt adalah
prinsip-prinsip dari organisasi perseptual.
Psikologi Kognitif ini akan meliputi: (1) Konsep dasar
belajar menurut psikologi Kognitif, (2) Model pemrosesan informasi, dan (3)
Otak dan Pikiran
1. Konsep
Dasar Belajar Menurut Psikologi Kognitif
Elliot, dkk. (2000)
mengemukakan konsep dasar tentang belajar menurut teori Kognitif yang meliputi:
(a) schemata, (b) pendekatan utama belajar, (c) Konstruktivisme.
a. Schema
(Schemata)
Phye dan Andre (Elliott, dkk;
2000) memberi pengertian schemata (bentuk jamak dari schema) sebagai kerangka
mental pengetahuan terorganisir mengenai kejadian, situasi atau objek yang
mengubah data yang masuk sehingga data itu cocok dengan pengalaman dan persepsi
orang itu. Schema bisa spesifik seperti teknik yang digunakan untuk menambah
lajur angka, atau yang umum seperti interpretasi intelegensi. Psikologi
kognitif member istilah lain tentang schemata yaitu bentuk struktur kognitif
yang abstrak. Schemata ini adalah dasar ingatan hasil dari pengalaman yang lalu
yang diorganisir secara individual. Organisasi informasi itu ada pada jantung
(pusat) dari konsep schema.
Organisasi itu meliputi 3
level:
1. Organisasi yang
telah ada dalam ingatan jangka panjang seseorang,
2. Organisasi yang
bisa dipersepsi atau digeneralisasi dalam materi yang dipelajari,
3. Organisasi yang
berkaitan dengan nomor 2, jadi memungkinkan materi diintegrasikan
dengan pengetahuan yang telah dimiliki orang itu.
b.
Pendekatan Utama Belajar dengan Orientasi Psikologi Kognitif
Ausabel (Elliot, dkk; 2000) membedakan antara belajar reseptif, belajar
penemuan, belajar hafalan, dan belajar bermakna (penuh arti).
1) Belajar
Reseptif
Belajar reseptif adalah
belajar dimana penggunaan informasi dalam bentuk apa yang diterima tanpa
mengubah susunan atau artinya. Belajar reseptif dapat penuh arti bagi siswa
sepanjang tidak didasarkan pada hafalan atau menghafal materi pelajaran tanpa
usaha mengerti artinya. Tugas siswa dalam belajar reseptif adalah
menginternalisasi materi pelajaran yang telah disiapkan oleh guru dengan baik
itu.
2) Belajar
Penemuan
Belajar penemuan adalah cara
belajar dimana siswa harus menemukan apa yang dipelajari dan kemudian mengatur
kembali materi yang dipelajari itu untuk mengintegrasikannya dengan struktur
kognitif yang sudah ada. Jadi belajar penemuan ini termasuk belajar penuh maka
yang dikembangkan berdasarkan psikologi kognitif.
3) Belajar
Hafalan
Belajar hafalan adalah belajar
dengan menghafal materi pelajaran tanpa usaha untuk mengetahui artinya. Akibat
belajar hafalan ini antara lain adalah verbalisme, yaitu tahu kata tetapi tidak
tahu artinya.
4) Belajar
Penuh Arti
Belajar penuh arti
didefinisikan sebagai pemerolehan arti baru, atau mengandung arti bahwa materi
yang dipelajari secara potensial penuh arti bagi siswa. Perolehan arti baru itu
menjadi penuh arti terjadi jika materi yang dipelajari berhubungan dengan hal-hal
yang telah diketahui siswa. Dengan demikian belajar adalah perolehan dan
pemodifikasian schemata. Belajar bermakna (penuh arti) terjadi jika siswa
menyatukan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada atau jika siswa
mengkreasi schemata baru dengan cara menganalogikan kepada skemata lama. Untuk
itu strategi yang perlu ditempuh guru adalah: (1) untuk membantu siswa
membentuk schemata, guru hendaknya menyajikan sesuatu secara multiple (jamak)
seperti: problem kata, dan meminta siswa mengidentifikasi dan mendiskusikan
sesuatu itu secara umum, (2) jika topic itu baru, guru bisa menimbulkan
schemata yang cocok sebelum menyajikan suatu topic kuliah atau sebelum siswa
membaca suatu topic dengan menggunakan advanced organizers dan mencoba
menghubungkan informasi itu dengan pengalaman atau pengetahuan siswa
sebelumnya.
c.
Konstruktivism
Konstruktivism adalah suatu
pendekatan terhadap belajar yang berkeyakinan bahwa orang secara aktif
membangun atau membuat pengetahuannya sendiri dan realitas ditentukan oleh pengalaman
orang itu sendiri pula. Dengan kata lain, manusia tak kenal objektif.,
kenyataan yang benar merupakan bagian dari interpretasi mereka sendiri tentang
hal itu karena semua pengetahuan disaring dan diinterpretasi berdasarkan
pengalaman yang lampau dan apa yang telah diketahui.
Pandangan
konstruktivism tentang pengetahuan
1. Kita tidak
bisa mengetahui suatu kenyataan yang objektif. Yang bisa kita lakukan adalah
mengkonstruksi pemahaman kita yang objektif tentang pengalaman kita,
menginterpretasikan apa saja tentang apa yang telah dipelajari dan dialami.
2. Pengetahuan
adalah subjektif. Tak ada dua orang yang punya pengalaman , phisiologis, atau
lingkungan yang sama. Karena itu tidak ada dua orang yang mengkonstruk
pengetahuan yang sama.
3. Pengetahuan
dari dua orang bisa dikatakan saling berbagi sepanjang pembentukannya dilakukan
dengan cara yang sama dalam situasi tertentu.
Bagaimana belajar terjadi atau
bagaimana pengetahuan dikonstruksi (dibangun).
1. Pengetahuan dibangun melalui proses adaptasi
terhadap kejadian kejadian dan ide-ide pengalaman seseorang.
2. Pembentukan pengetahuan dipengaruhi secara
signifikan oleh lingkungan seseorang dan oleh simbol-simbol dan material yang
digunakan orang atau yang telah digunakan orang.
3. Kesiapan
untuk belajar mempunyai arti yang berbeda bagi para konstruktivist kognitif.
Konsep kesiapan untuk belajar penting dalam sebagian besar teori belajar tetapi
dikonsepsikan berbeda pada pendekatan yang berbeda. Bagi para konstruktivist
kognitif, individu siap untuk belajar tentang suatu konsep jika konstruksi
kognitif mereka mampu menyatukan beberapa aspek konsep itu. Pengetahuan tentang
konsep yang dibentuk mungkin tidak benar menurut kriteria dari luar, tetapi hal
itu bukan berarti bahwa tak ada yang dipelajari tentang konsep itu. Konstruksi
kognitif yang ada yang siswa bawa dalam suatu pengalaman akan mengarahkan
setiap siswa memusatkan dan belajar tentang aspek-aspek berbeda dari materi
yang sama.
2. Model
Pemrosesan Informasi
Psikolog
Gestalt percaya bahwa pengetahuan berasal lebih dari sekedar pengalaman, tetapi
juga melibatkan berpengetahuan aktif memberlakukan organisasi data sensoris.
Kohler (1925, The Mentalitas of Apes) mengusulkan
bahwa perilaku tidak dapat dijelaskan oleh prinsip-prinsip dasar saja. Dia
mengusulkan bahwa ada proses batin yang memungkinkan kera untuk memahami
struktur dari sebuah situasi, di mana peserta didik mengakui interkoneksi
berdasarkan sifat-sifat hal itu sendiri. Belajar, oleh karena itu, tidak
terjadi dengan cara yang teratur terus menerus dari pola trial and error.
Sebaliknya, belajar terjadi dengan realisasi hubungan yang baru, 'pengalaman
wawasan'.
Broadbent
(1958) mengusulkan sebuah model umum sistem informasi pengolahan manusia. Model
pengolahan informasi yang disajikan mekanisme dasar: ketiga simpanan memori
utama di mana informasi yang dioperasi, dan proses transformasi informasi dari
input ke output dalam setiap penyimpanan dan dari output ke input antara
penyimpanan tersebut. Model ini menyarankan bahwa proses adalah urutan serial
tetap dari satu memori penyimpanan untuk kontrol berikutnya, dan sukarela dari
sistem diwakili oleh perangkat selektif-perhatian dan dengan umpan balik
informasi spiral dari sistem pengolahan tingkat tinggi untuk tahapan proses
sebelumnya.
Teori
yang paling banyak diterima adalah berlabel "teori panggung,"
didasarkan pada karya Atkinson dan Shriffin, 1986). Model panggung
mengasumsikan bahwa otak mewujudkan sistem saraf yang memproses informasi dari
waktu input dengan waktu penyimpanan memori jangka panjang. Sistem ini terdiri
dari tiga tahapan utama yang mengandung sifat yang berbeda fisiologis: register
sensorik, memori jangka pendek dan memori jangka panjang.
Sensorik register singkat menyimpan representasi dari
rangsangan eksternal dari lingkungan sampai informasi tersebut dapat ditransfer
lanjut. Tampaknya ada register sensorik yang berbeda untuk setiap rasa. Dalam
kasus apapun, register sensorik dapat menyimpan informasi hanya untuk waktu
yang sangat singkat. Informasi ini diasumsikan akan hilang dari register
kecuali diteruskan ke memori jangka pendek.
Memori
jangka pendek dapat dianggap sebagai memori sadar karena, selain memegang
informasi, memungkinkan informasi untuk dimanipulasi, ditafsirkan dan
ditransformasikan. Informasi baru dalam memori jangka pendek, dengan tunduk
kepada proses lebih lanjut, dapat ditransfer ke dan dijadikan bagian dari
memori jangka panjang.
Memori
jangka panjang adalah gudang yang relatif terbatas dan permanen informasi.
Menyimpan memori jangka panjang untuk digunakan nanti informasi. Setelah
informasi disimpan dalam memori jangka panjang, itu tetap.
Model
pengolahan informasi menyoroti mekanisme dasar dari segi tahapan dan proses, dan
representasi dan penyimpanan informasi:
·
Tiga
tahap utama di mana informasi ini dioperasikan pada: memori
sensorik, memori jangka pendek (memori kerja sementara), dan jangka panjang memori.
·
Proses
transformasi informasi dari input ke output dalam setiap tahap dan dari
output ke input antara tahap ini,
misalnya perhatian / pengenalan pola, encoding dan pengambilan.
·
Representasi
dan penyimpanan informasi, misalnya
Model jaringan (Collins dan Quillian, 1969), Fitur
Model Perbandingan (Smith, Shoben, dan
Rips, 1974); Model
proposisional (Klatzky, 1980; Anderson, 1976);
Paralel Processing Model Terdistribusi (McClelland,
Rumelhart, dan kelompok riset PDP , 1986); Duel Coding Model
(Pavivio)?
Piaget
(1970) mengusulkan bahwa anak-anak kemajuan melalui urutan invarian empat
tahap: sensormotor, pra-operasional, operasional konkrit dan formal
operasional. Mereka tahapan tidak sembarangan, tetapi diasumsikan mencerminkan
perbedaan kualitatif dalam kemampuan kognitif anak-anak. Dikendalikan oleh
struktur logis dalam tahap perkembangan yang berbeda, peserta didik tidak dapat
diajarkan tugas-tugas kognitif kunci jika mereka belum mencapai tahap perkembangan
tertentu
Juga,
Piaget (1985) mengemukakan bahwa proses belajar berulang-ulang,
di mana informasi baru dibentuk agar sesuai dengan pengetahuan
pelajar yang ada, dan pengetahuan yang ada itu sendiri diubah untuk
mengakomodasi informasi baru. Konsep
utama dalam proses kognitif ini meliputi:
·
Asimilasi:
itu terjadi ketika seorang anak merasakan benda baru
atau peristiwa dalam hal skema atau operasi yang
ada. Anak-anak dan orang dewasa
cenderung menerapkan struktur
mental yang tersedia untuk mengasimilasi acara baru, dan mereka akan secara
aktif berusaha untuk menggunakan
struktur yang baru diperoleh. Ini
adalah proses informasi baru pas
ke dalam struktur kognitif yang ada.
·
Akomodasi:
telah terjadi ketika skema atau operasi yang
ada harus dimodifikasi untuk
memperhitungkan pengalaman baru. Ini
adalah proses memodifikasi struktur
kognitif yang ada berdasarkan
informasi baru.
·
Equilibrium:
itu adalah proses perkembangan utama, meliputi baik asimilasi
dan akomodasi. Anomali pengalaman
menciptakan keadaan ketidakseimbangan
yang hanya dapat diselesaikan
ketika lebih adaptif, modus yang lebih canggih pemikiran yang diterapkan.
·
Konsepsi Piaget equilibrium (1985) menyiratkan proses
konstruksi dinamis struktur kognitif manusia. Tidak ada struktur terpisah dari
konstruksi karena keberadaan struktur " menjad yang akan datang , yaitu,
mereka yang 'di bawah konstruksi'".
Teori
Anderson
ACT-R
Sistem
ACT-R Anderson
adalah teori kesatuan kognisi. Teori ini memiliki
asal-usul dalam memori asosiatif
(HAM) teori manusia
memori manusia (Anderson & Bower, 1973).
Tahapan Akuisisi Keterampilan
· ACT-R
siap menjamin dengan tiga tahap (1964)
dalam proses akuisisi keterampilan, yaitu tahap kognitif, tahap asosiatif
dan tahap otonom.
Akuisisi keterampilan kognitif adalah proses progresif
dari panggung kognitif ke tahap otonom, yang, dalam
hal teori ACT-R, adalah transformasi dari pengetahuan deklaratif pengetahuan prosedural. Proses ini dimulai dengan aplikasi penafsiran pengetahuan deklaratif
dalam tahap kognitif. Kemudian meneruskan ke mengkompilasi pengetahuan deklaratif dalam
aturan produksi selama tahap asosiatif. Secara bertahap produksi, seperangkat aturan kondisi-tindakan, menjadi
semakin fine-tuned. Selama tahap
otonom, upaya yang diperlukan oleh aturan kondisi-aksi terus menurun.
1.
Tahap kognitif:
·
Pada awal
proses akuisisi keterampilan,
informasi baru masuk dalam bentuk deklaratif. Pada tahap ini, peserta
didik belajar tentang serangkaian
fakta yang relevan dengan keterampilan,
seperti deskripsi dari prosedur. Pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan
prosedur adalah deklaratif, sebagai pernyataan kinerja langkah-demi-langkah. Pada
titik ini peserta didik menghasilkan
tindakan melalui interpretasi dari laporan lisan, dan
hati-hati memantau hasil tindakan
ketika mereka melakukan setiap langkah dari prosedur. Pengolahan dalam tahap ini adalah sadar, disengaja, lambat
dan memerlukan perhatian penuh.
2.
Tahap asosiatif:
·
Perkembangan
utama dari tahap ini adalah kompilasi pengetahuan. Proses
kompilasi ini bertujuan untuk menghasilkan prosedur yang sukses dalam rangka mempercepat pelaksanaan prosedur, penurunan latihan
verbal dan menghilangkan sedikit demi sedikit aplikasi. Selama tahap asosiatif, kita miliki dalam proses komposisi dan prosedural sarana mengubah fakta
deklaratif ke dalam bentuk produksi. Komposisi adalah
proses pengorganisasian serangkaian
tindakan bersama-sama menjadi
produksi terpadu. Ini
menghasilkan percepatan dengan
menyusun urutan langkah ke
satu tindakan tunggal. Juga,
sekali keterampilan ini procedural,
produksi terpadu yang baru tidak lagi memerlukan domain informasi deklaratif spesifik yang
akan diambil ke dalam memori
kerja. Sebuah konsekuensi penting
dari prosedural adalah bahwa itu
mengurangi beban pada memori
kerja, dan dengan demikian mencapai
banyak efisiensi.
3. Tahap
otonomi:
·
Setelah keterampilan telah disusun menjadi sebuah
prosedur tugas tertentu, proses belajar melibatkan peningkatan dalam pencarian
untuk produksi yang tepat. Pada tahap ini, prosedur menjadi lebih dan lebih
otomatis dan cepat. Proses yang mendasari tahap ini adalah penyetelan. Tiga
mekanisme pembelajaran berfungsi sebagai dasar penyetelan: generalisasi,
diskriminasi, dan penguatan.
Fungsi dasar dari proses generalisasi adalah untuk mengekstrak dari produksi yang berbeda apa yang mereka memiliki kesamaan. Proses generalisasi menghasilkan aturan produksi yang lebih luas dalam jangkauan penerapan mereka. Ini memfasilitasi transfer pengetahuan dalam situasi baru. Sebaliknya, proses diskriminasi menghasilkan aturan produksi sempit. Proses diskriminasi membatasi rentang penerapan produksi ke kondisi yang tepat. Ini membantu mengidentifikasi kondisi khusus dan beberapa varian pada kondisi mengendalikan tindakan yang sama. Proses diskriminasi memfasilitasi pengembangan berkuasa, wilayah produksi yang spesifik . Selain itu, kekhususan dari laporan kondisi dapat membantu menyelesaikan konflik.
Fungsi dasar dari proses generalisasi adalah untuk mengekstrak dari produksi yang berbeda apa yang mereka memiliki kesamaan. Proses generalisasi menghasilkan aturan produksi yang lebih luas dalam jangkauan penerapan mereka. Ini memfasilitasi transfer pengetahuan dalam situasi baru. Sebaliknya, proses diskriminasi menghasilkan aturan produksi sempit. Proses diskriminasi membatasi rentang penerapan produksi ke kondisi yang tepat. Ini membantu mengidentifikasi kondisi khusus dan beberapa varian pada kondisi mengendalikan tindakan yang sama. Proses diskriminasi memfasilitasi pengembangan berkuasa, wilayah produksi yang spesifik . Selain itu, kekhususan dari laporan kondisi dapat membantu menyelesaikan konflik.
Pada
tahap ini, peserta didik juga semakin baik dalam memilih produksi yang tepat dalam konteks tertentu. Kriteria seleksi adalah tingkat
kekuatan. Setiap produksi memiliki kekuatan yang mencerminkan frekuensi yang produksi telah berhasil diterapkan.
Teori skema
Bartlett
pertama kali memperkenalkan konsep
skema pada awal 1932
untuk menjelaskan mengapa orang direkonstruksi sebuah cerita ketika mengingat hal itu sehingga membuat rasa lebih dari itu dalam hal pengetahuan dan pengalaman mereka sendiri. Menurut Bartlett, cerita ini berasimilasi
dengan skema pra-disimpan berdasarkan pengalaman sebelumnya.
Rumelhart (1980) mendefinisikan skema sebagai "struktur data untuk mewakili konsep
generik yang tersimpan dalam memori. Dengan kata lain, skema adalah" mengorganisir
dan mengarahkan sikap yang melibatkan organisasi yang aktif pengalaman masa lalu "(Driscoll, 2000). Versi
Modern teori skema menggabungkan banyak ide Bartlett. misalnya, Shank
dan konsep Abelson tentang skrip (1977)
mengusulkan bahwa acara schemata tersebut dapat diatur dalam urutan temporal
memerintahkan peristiwa. Alba dan Hasher (1983)
meneliti semua teori skema dan mengidentifikasi empat besar proses:. pemilihan,
abstraksi, interpretasi, dan integrasi
Secara eksplisit menggambarkan bagaimana memori dan pemahaman beroperasi.
Salah satu
isu sentral yang psikolog kognitif tertarik adalah struktur mental. Menurut
teori skema, pengetahuan yang kita
telah disimpan dalam memori diatur sebagai satu set skema atau representasi
mental, yang masing-masing menggabungkan
semua pengetahuan tentang suatu
jenis objek atau peristiwa
yang telah kami peroleh dari pengalaman masa
lalu.
Teori skema
menyediakan sebuah akun untuk struktur pengetahuan dan menekankan fakta bahwa apa yang kita ingat
dipengaruhi oleh apa yang sudah kita ketahui. Schemata memfasilitasi
baik encoding dan
pengambilan. Selain itu, struktur
mental yang aktif. Memori dapat direkonstruksi melalui integrasi pengalaman saat ini dengan pengetahuan sebelumnya. Dengan kata lain,
skemata merupakan suatu proses aktif dan dapat berubah dari waktu ke waktu sebagai hasil dari pengalaman dan pembelajaran baru.
Ada dua sumber
informasi: yang masuk dari dunia luar dan informasi
yang telah disimpan dalam memori. Analisis dari informasi sensorik yang datang dari luar ini dikenal sebagai pengolahan dari bawah ke atas atau datayang digerakkan oleh proses karena hal itu
bergantung pada data yang diterima melalui indera. Informasi
yang sudah tersimpan dalam memori
dalam bentuk pengetahuan sebelumnya
mempengaruhi harapan kita dan membantu kita untuk menafsirkan arus masukan. Ini pengaruh
pengetahuan sebelumnya dikenal sebagai
dari atas ke bawah atau konseptual pengolahan driven.
Schemata beroperasi dalam arah dari atas ke bawah untuk membantu kami menafsirkan aliran dari bawah ke atas informasi dari dunia. Penelitian
tentang fungsi skema difokuskan pada dampak dari pengetahuan tentang pemahaman
dan memori (Driscoll, 2000).
Karakteristik skema
Daftar
Rumelhart dan Norman (1983) lima karakteristik skema:
1.
Skema merupakan pengetahuan
tentang segala macam dari yang
sederhana sampai yang kompleks.
2. Skema dapat
dihubungkan bersama-sama ke sistem
terkait.
3.
Skema memiliki celah
yang dapat diisi dengan tetap, nilai-nilai yang seharusnya
atau dengan variabel,
nilai yang boleh memilih.
4.
Skema menggabungkan semua jenis pengetahuan telah
dikumpulkan, termasuk generalisasi yang berasal
dari pengalaman pribadi kami
dan fakta yang telah diajarkan.
5. Berbagai skema
pada tingkat yang berbeda mungkin
terlibat dalam kegiatan reorganisasi dan menafsirkan masukan baru.
Winn dan Snyder (1996) juga menggambarkan karakteristik skema sebagai
berikut:
• Skema sebagai Struktur Memori: skema
berisi jumlah pengetahuan dunia dari
aspek yang berbeda dari lingkungan
• Skema sebagai Abstraksi: Skema ada
di tingkat yang lebih tinggi daripada umum
pengalaman langsung dengan dunia.
• Skema sebagai Network: Skema
terdiri dari konsep-konsep yang terkait dalam
proposisi.
• Skema sebagai Struktur Dinamis:
Skema adalah dinamis, mudah berubah oleh
pengalaman umum atau melalui instruksi, asimilasi, dan akomodasi.
• Skema sebagai Konteks: Skema menyediakan
konteks untuk menafsirkan pengetahuan
baru serta struktur untuk menahannya.
Proses akuisisi skema dan modifikasi
Tiga proses yang berbeda telah diusulkan untuk
memperhitungkan perubahan dalam skema yang ada dan akuisisi skema baru karena
belajar (Rumbelhart dan Norman, 1978):
1. Pertambahan: Informasi diingat yang instantiated
dalam skema sebagai akibat dari pemahaman teks atau pemahaman tentang beberapa
peristiwa.
2. Penyetelan: Penyetelan terjadi ketika ada schemata berevolusi untuk menjadi lebih konsisten dengan pengalaman.
2. Penyetelan: Penyetelan terjadi ketika ada schemata berevolusi untuk menjadi lebih konsisten dengan pengalaman.
3. Rekonstruksi: Ini melibatkan penciptaan sepenuhnya
skema baru yang mengganti atau menggabungkan yang lama.
Morris
(Slavin, 1994) menyatakan bahwa alur pemrosesan informasi dari luar sehingga
kita mengingatnya adalah: pertama masuk melalui indera, lalu sampai ke sensor
register dan ditransfer dari sensory register ke ingatan jangka pendek,
kemudian diproses lagi untuk diteruskan ke ingatan jangka panjang.
a. Sensory Register.
Sensory register adalah komponen
pertama dari system ingatan dimana informasi yang masuk bertemu. Sensory
register menerima banyak sekali informasi dari panca indera dan menahannya
dalam waktu sangat singkat tidak lebih dari dua detik. Jika tidak terjadi apa-apa
terhadap informasi itu selama ada di sensory register informasi itu akan hilang
dengan cepat. Sensory register mempunyai dua implikasi pendidikan yaitu: (1)
orang harus memusatkan perhatian pada informasi itu jika ia ingin mengingatnya,
dan (2) memerlukan waktu untuk mengingat semua informasi itu. Persepsi. Segera
setelah rangsangan diterima oleh indera, pikiran segera menolah beberapa
rangsangan itu. Karena itu, kesan sensoris yang kita sadari tidak sama persis
dengan seperti yang kita lihat. Persepsi kita yang tak lengkap itu dipengaruhi
oleh keadaan mental, pengalaman masa lalu, pengetahuan, motivasi, dan
factor-faktor lainnya.
Perhatian
dan cara memperolehnya. Informasi yang masuk ke sensory register akan cepat
hilang jika tidak ada pemusatan perhatian. Oleh karena itu ada beberapa cara
untuk memperoleh perhatian siswa: (1) menggunakan isyarat yang menandakan bahwa
itu penting, misalnya meninggikan atau merendahkan suara, gesture,diam sejenak,
mengulangi. (2) meningkatkan muatan emosional kata yang dipakai. (3) perhatian
bisa ditimbulkan oleh rangsangan yang tidak biasa, yang tak tetap, atau yang
mengherankan, (4) melalui pemberian informasi kepada siswa bahwa apa yang kan
dikemukakan guru penting bagi mereka
b. Ingatan
jangka Pendek
Informasi
yang diterima orang dan diperhatikan ditransfer ke komponen kedua dari system
ingatan kita yaitu ingatan jangka pendek. Ingatan jangka pendek adalah system
penyimpanan yang dapat menahan informasi secara terbatas dalam beberapa detik.
Ingatan jangka pendek adalah bagian dari ingatan dimana informasi sedang
dipikirkan untuk disimpan. Pikiran yang kita sadari yang dapat kita ingat
setiap saat adalah berada pada ingatan jangka pendek ini. Jika kita berhenti
memikirkan sesuatu berarti yang kita pikirkan itu hilang dari ingatan jangka
pendek.
c. Ingatan
Jangka Panjang (Long-Term Memory)
Ingatan jangka panjang adalah bagian dari system
ingatan kita yang berfungsi menyimpan informasi untuk jangka panjang,
kapasitasnya sangat besar. Para ahli meyakini bahwa kita tidak pernah melupakan
informasi dalam ingatan jangka panjang, mungkin kita hanya kehilangan kemampuan
menemukan informasi itu dalam ingatan kita.
d. Ingat
atau Lupa
1) Lupa
Slavin (1994) menyatakan bahwa alasan digunakan cara
belajar bagian-bagian ini adalah untuk mengurangi restroactive inhibition.
Umumnya lupa terjadi karena informasi di dalam ingatan jangka pendek tidak
pernah ditransfer ke ingatan jangka panjang. Tetapi lupa bisa pula terjadi
karena kita kehilangan kemampuan mengingat informasi yang ada di informasi
jangka panjang. Selain itu, Slavin (1994) juga menyebutkan bahwa lupa
disebabkan oleh turut campurnya informasi oleh informasi lain sehingga
bercampur atau menyisihkan informasi itu. Kehadiran infomasi lain yang
menyebabkan kita lupa itu dinamakan interference.
2) Ingat
Slavin (1994) menyatakan beberapa hal yang menyebabkan
kita ingat terhadap informasi yang kita pelajari.
a) Informasi yang kita pelajari harus kita simpan
dalam ingatan jangka panjang melalui pengulang-ulangan informasi yang masih ada
pada ingatan jangka pendek.
b) Kita harus menaruh perhatian dan usaha yang serius
kepada informasi yang kita pelajari.
c) Kita perlu mempertimbangkan bahwa setelah
mempelajari informasi tidak ada informasi lain yang dapat mengaburkan informasi
sebelumnya.
d) Latihan yang banyak akan baik untuk menguasai
materi yang baru dipelajari.
e) Belajar bagian-bagian dan belajar keseluruhan untuk
mempelajari materi pelajaran yang banyak akan efektif jika digunakan cara
belajar bagian-bagian.
f) Otomatisasi. Otomatisasi diperoleh melalui hafalan
dan latihan.
g) Overlearning. Overlearning adalah cara mempelajari
materi pelajaran dengan dua kali lipat porsi belajar yang diperlukan.
h) Belajar dengan berbuat (learning by doing,
enactment). Dalam belajar tentang bagaimana melakukan tugas-tugas apa saja,
kita akan belajar lebih baik jika kita melakukannya, ketimbang jika kita hanya
membaca instruksi atau melihat guru tanpa kita melakukan tugas itu (Cohen dalam
Slavin 1994).
3. Otak dan
Pikiran
Tahukan anda bagaimana hubungan antara otak dan
pikiran, apa itu lateralisasi, pattern matching, dan basic biologis dari
belajar?
a. Hubungan antara otak dan pikiran
Menurut
Luria (Elliot, dkk. 2000) kegiatan intelektual dimulai dengan menganalisis
kondisi dari tugas dan kemudian mengidentifikasi elemen-elemen pentingnya.
Contoh: ia menelusuri proses berpikir melalui empat tahap: (1) pikiran dimulai
hanya jika orang termotivasi untuk memecahkan masalah, jika siswa mengetahui
masalah dan mereka mempunyai alat memecahkannya, motivasi mereka jadi tinggi,
(2) tahap kedua mereka secara hati-hati berusaha menemukan kemungkinan
pemecahan masalah, (3) tahap tiga, siswa memilih alternative yang paling baik
dan membuat rencana umum, (4) akhirnya, siswa harus melaksanakan tindakan sesuai
metode yang diusulkan. Mereka harus menjawab apakah tindakannya berhasil? Dan,
apakah masalah dipecahkan secara memuaskan.
b. Lateralisasi
Lateralisasi
adalah system pengontrolan oleh otak yang sifatnya menyamping. Otak kanan
mengontrol gerakan tubuh sebelah kiri dan sebaliknya otak kiri mengontrol
gerakan tubuh sebelah kanan.
c. Pencocokan Pola (Pattern Matching)
Deteksi
pola dan pencocokan pola tampaknya merupakan fungsi yang melekat pada otak.
Hubel (Elliot, dkk. 2000) menyimpulkan bagaimana otak mengorganisir informasi
(melalui pola-pola) dan menyatakan bahwa pada akhir input, otak yang pertama
terpikat oleh informasi dunia luar yang secara biologis menarik. Pada ujung
output syaraf merangsang respon tingkah laku. Apa yang terjadi antara input dan
output menyisakan keraguan (sama-sama), dan seperti yang dinyatakan Hubel,
memahami mekanisme yang netral yang menjelaskan persepsi (pemasangan pola)
merupakan tujuan utama.
C.
Pembelajaran dengan pendekatan Kognitif
Pendekatan
kognitif untuk belajar menegaskan bahwa meskipun belajar dapat disimpulkan dari
perilaku, ia terpisah dari perilaku itu sendiri. Hal ini sangat berbeda dengan
pendekatan perilaku, yang mengukur pembelajaran dalam hal perubahan yang
relatif permanen dalam perilaku. Pendekatan kognitif didefinisikan sebagai
perubahan yang relatif permanen dalam kognisi terjadi sebagai hasil dari
pengalaman. Belajar merupakan perubahan dalam isi, organisasi, dan penyimpanan
informasi dalam otak. Individu memiliki seperangkat struktur kognitif untuk memahami
lingkungan mereka dan bagaimana cara kerjanya. Mereka memutuskan apa yang
penting untuk belajar dan belajar melalui teknik dan dengan strategi mereka merasa nyaman.
Pendekatan
kognitif untuk belajar melibatkan dua proses penting: akomodasi dan asimilasi. Akomodasi adalah proses
mengubah peta kognitif kita,
atau pandangan kita tentang dunia, sesuai dengan
pengalaman kita di dalamnya. Hal
ini terjadi melalui penciptaan kategori
dalam pikiran kita untuk mengakomodasi
pengalaman yang tidak masuk ke dalam kategori yang ada. Asimilasi adalah penggabungan pengalaman baru ke dalam kategori yang ada, dan modifikasi
kategori-kategori yang ada untuk membuat sesuai informasi
baru.
Pendekatan kognitif
menunjukkan bahwa pelajar mengontrol pembelajaran. Para pelatih dan
lingkungan belajar memfasilitasi proses
bahwa untuk tingkat yang lebih besar
atau lebih kecil. Ini berarti bahwa pelatihan sendiri mondar-mandir atau korespondensi bisa menjadi pilihan yang layak, sebagai pelajar kognitif tidak memerlukan
penguatan untuk memotivasi mereka untuk belajar. Namun, jika pelatihan tidak memiliki motivasi belajar materi baru untuk memulai dengan, teori kognitif menunjukkan penguatan
yang tidak akan mengubah tingkat antusiasme untuk
kursus, sehingga sangat penting untuk
pengiriman dan desain pelatihan
untuk memasukkan prinsip pendidikan orang dewasa untuk memotivasi
peserta didik untuk belajar.
Peran
pembelajar aktif, diarahkan diri, dan mengevaluasi diri. Ini berarti
pelatih kemungkinan besar akan menghabiskan lebih sedikit waktu kuliah,
dan lebih banyak waktu harus ditujukan untuk kegiatan, diskusi, dan kerja kelompok. Peran pelatih adalah
sebagai fasilitator, koordinator,
dan presenter. Pelatih tidak harus memberitahu pelatihan apa yang harus dilakukan,
melainkan mereka harus memandu peserta
dalam menemukan solusi yang benar
dan cara berpikir. Isi pelatihan adalah masalah atau berorientasi
tugas. Iklim pelatihan lebih santai, saling penuh
kepercayaan, hormat, dan kolaboratif.
Motivasi
pelajar adalah termotivasi secara internal, sehingga jika pelatihan tidak
memiliki motivasi untuk belajar, itu akan sulit bagi pelatih
untuk memotivasi mereka. Juga,
tujuan instruksional yang kolaboratif mengembangkan dan kegiatan interaktif, kelompok
dan berorientasi proyek, dan pengalaman. Ini berarti bahwa lebih banyak waktu di kelas akan ditujukan untuk kegiatan dan diskusi, yang umumnya lebih sulit untuk mengontrol dan untuk merencanakan waktu. Dengan pelatihan yang lebih interaktif, juga lebih sulit untuk melibatkan kelompok besar. Bila menggunakan pendekatan kognitif untuk belajar, lebih baik untuk melatih kelompok-kelompok kecil sehingga setiap individu memiliki kesempatan
untuk berpartisipasi dalam interaktivitas
yang sangat penting untuk pembelajaran kognitif.
D. Desain Pembelajaran
dengan pendekatan kognitif
1.Pondasi
teoritis
Tanggal
dikutip sebagai menandai awal psikologi sebagai ilmu adalah 1879, ketika
Wilhelm Wundt mendirikan laboratorium psikologi pertama di Leipzig, Jerman.
Introspeksi, metode penyelidikan yang digunakan oleh Wundt, diklaim menjadi
pendekatan kognitif, karena merupakan alat pengamatan diri untuk memeriksa
kerja pikiran. Winn dan Snyder (1996) menyatakan bahwa kontribusi metodologi
Wundt adalah "pengembangan introspeksi sebagai sarana untuk mempelajari
pikiran". Banyak ide-ide dan asumsi dari psikologi kognitif dapat
ditelusuri kembali ke dekade awal abad kedua puluh, yaitu Gestalt psikologi,
Edward Tolman kognitif belajar (1932), dan teori perkembangan kognitif Jean
Piaget.
Anderson
(1985) mendaftar tiga pengaruh utama untuk pengembangan modern psikologi kognitif:
Pendekatan pengolahan
informasi: Informasi (1958)
Model pengolahan Broadbent
memberikan pertimbangan terhadap persepsi dan perhatian. Karakteristik penting dari
analisis pemrosesan informasi adalah bahwa hal itu melibatkan penelusuran urutan operasi mental dan produk mereka dalam pelaksanaan tugas kognitif tertentu.
Artificial Intelligence:
Allen Newell dan
Herbert Simon bekerja dalam
psikologi kognitif telah
mempromosikan penggunaan konsep-konsep
dari ilmu komputer dalam
pengembangan teori-teori psikologi.
Linguistik:
Noam Chomsky menegaskan
bahwa pembelajaran bahasa harus
mencakup konstruksi internal.
Sebuah teori yang hanya mempertimbangkan rangsangan dan tanggapan diamati dalam
interaksi linguistik adalah tidak
cukup.
2.
Teori
Pengolahan Informasi untuk Sistem Instruksional Desain
Dua asumsi
utama dalam teori pengolahan
informasi memiliki pengaruh besar
dalam merumuskan prinsip-prinsip pembelajaran:
A.
Sistem memori adalah prosesor aktif terorganisir
informasi
1.
Studi penelitian dalam perhatian dan persepsi, seperti pengenalan
pola model filter perhatian, dan teori ganda
pengkodean, memiliki dampak besar pada
desain pesan pembelajaran
baik dalam teks dan pesan visual dalam rangka untuk memaksimalkan perhatian dan persepsi dari peserta didik.
2.
Studi dalam karakteristik memori jangka pendek, seperti ruang terbatas dan durasi pendek, menimbulkan pentingnya perangkat
yg membantu ingatan untuk mengurangi
beban kerja dari memori jangka
pendek, informasi organisasi dalam
potongan atau komponen yang lebih
kecil untuk meningkatkan kapasitas. Juga, model pengolahan
informasi mengusulkan penggunaan
strategi latihan untuk menjaga
informasi, dan organisasi konten, seperti teori elaborasi,
untuk membantu mengkodekan informasi
dengan menghubungkan informasi yang
masuk dengan konsep dan ide-ide
sudah di memori.
3.
Penjelasan teoritis pada retensi dalam memori jangka
panjang menekankan efek dari
kondisi yang berbeda pada tingkat
pengolahan. Pengkodean Berarti memfasilitasi kemudian
pengambilan. Representasi grafis telah efektif
khususnya dalam memfasilitasi pengkodean
dan memori penyimpanan informasi.
B. Sebelum pengetahuan
memainkan peran penting dalam belajar
1.
Pengaruh ini dibuktikan dengan penggunaan tatap muka dan setiap strategi pembelajaran untuk memperkuat aktivasi struktur memori yang ada. . Strategi Elaborasi
dan pembelajaran bermakna Ausbel yang digunakan
dalam sistem desain instruksional menunjukkan pentingnya berkaitan
makna informasi baru kepada setiap pelajar individual. Juga, penggunaan metafora
dan analogi memberikan efektifitas
pembelajaran.
2.
Tekankan pentingnya keterampilan pengaturan diri dalam pembelajaran:
penalaran
sadar dan pikiran.
Selain
itu, dengan pengembangan pandang
pengolahan informasi pembelajaran,
tugas dapat diperiksa dari perspektif proses pemikiran
manusia. Operasi kognitif yang
pelajar perlu melaksanakan dalam rangka untuk menyelesaikan tugas atau
memecahkan suatu masalah menjadi target
analisis. Pengolahan analisis tugas informasi menggunakan diagram alur untuk mewakili kognitif operasi langkah demi langkah dan menunjukkan proses
pengambilan keputusan (Scandura,
1973; Merrill, 1976).
3.
Perkembangan kognitif
Piaget untuk ISD
Teori Piaget
memiliki dampak berikut
pada pembelajaran dan pengajaran:
• Lingkungan belajar harus mendukung aktivitas anak: anak memperoleh pengetahuan melalui tindakan mereka, dan pemikiran dianggap berbasis tindakan. Dengan demikian, lingkungan belajar harus diciptakan yang mendorong anak-anak untuk memulai dan menyelesaikan kegiatan mereka sendiri.
• Lingkungan belajar harus mendukung aktivitas anak: anak memperoleh pengetahuan melalui tindakan mereka, dan pemikiran dianggap berbasis tindakan. Dengan demikian, lingkungan belajar harus diciptakan yang mendorong anak-anak untuk memulai dan menyelesaikan kegiatan mereka sendiri.
1.
Aktif, lingkungan penemuan berorientasi
2.
Umpan balik dari tindakan, harus ada bahan dimanipulasi
beton
3.
Aktif penemuan diri: bermain efektif mewakili
semua karakteristik yang diperlukan
instruksi Piaget-terinspirasi
•
interaksi anak dengan
teman sebaya mereka merupakan sumber penting perkembangan kognitif: interaksi sebaya sangat penting dalam membantu anak-anak bergerak melampaui pemikiran egosentris.
•
Mengadopsi strategi pengajaran yang membuat anak menyadari konflik dan inkonsistensi dalam pemikiran mereka: equilibrium, yaitu anak-anak harus mengalami ketidakseimbangan, atau ketidakseimbangan antara struktur kognitif
mereka saat ini dan informasi baru yang akan berasimilasi, agar mereka untuk pindah
ke tahap baru pembangunan.
1. Gunakan masalah untuk menghadapi struktur pengetahuan awal siswa
2. Gunakan dialog
ala Socrates untuk membantu peserta
didik untuk membawa
keluar kesalahpahaman dan
penalaran rusak
3.
Kekritisan mendiagnosis apa yang anak sudah tahu dan bagaimana mereka berpikir.
Konten tidak diperkenalkan sampai kognitif anak siap untuk memahaminya.
4. Pertanyaan atau
pengalaman yang dirancang untuk
mendorong konflik hanya akan efektif bila
struktur logis di mana mereka
bergantung telah atau
sedang dikembangkan
4. ACT * R
untuk Sistem Instruksional Desain
Sistem ini sekarang berfungsi sebagai alat simulasi
komputer untuk komunitas riset. Para ahli telah menciptakan tutor cerdas,
sistem pembelajaran berbasis komputer, untuk mengajarkan keterampilan kognitif
didasarkan pada sistem produksi.
Analisis tahap belajar manusia memberikan penjelasan tentang pengembangan keahlian. Implikasi terhadap strategi instruksional kekuatan praktek dan instruksi berbasis aturan eksplisit.
Analisis tahap belajar manusia memberikan penjelasan tentang pengembangan keahlian. Implikasi terhadap strategi instruksional kekuatan praktek dan instruksi berbasis aturan eksplisit.
ACT-R
teori juga menyediakan dua mekanisme primer yang mengontrol memori kerja: menyebarkan aktivasi sumber dan
basis aktivasi tingkat kerusakan. Asumsi ini teoritis
menekankan strategi latihan di fakta
belajar dan belajar
dengan melakukan strategi akuisisi pengetahuan prosedural.
•
Analisis Tugas
ACT-R
teori, sebagai analisis
kinerja keterampilan kognitif tetapi juga analisis
akuisisi, menyediakan kerangka kerja
untuk menganalisis pengetahuan dan
keterampilan yang seorang pelajar harus mengembangkan dalam rangka untuk melakukan tugas. Ini menggambarkan
pentingnya tujuan dan niat pada penentuan apa
yang dipelajari. Para GOMS
(Gol-Operated-Metode-Seleksi) Model sesuai
dengan karakteristik dari
mekanisme pembelajaran tujuan-driven dan berbasis aturan yang dijelaskan dalam teori ACT-R. Model ini menganalisis tujuan, operator, metode, dan aturan
seleksi untuk tugas tertentu dengan
memecah tugas menjadi serangkaian
bermakna tujuan dan sub tujuan.
• Proses Pemecahan Masalah
ACT-R teori mengklaim bahwa arsitektur dasar kontrol
di situasi belajar yang berbeda adalah hirarkis, tujuan-terstruktur, dan
terorganisir untuk memecahkan masalah (Anderson, 1982). Ini model proses
penting dari pemecahan masalah: mengidentifikasi struktur tujuan ruang masalah,
dan menganalisis informasi kontekstual. Implikasi pembelajaran model ini
termasuk belajar melalui konteks pemecahan masalah, dan umpan balik langsung
kepada peserta didik.
•
Analogi
Mekanisme
Analogi melibatkan langkah-langkah berikut:
1.
Pada satu waktu tertentu, struktur pengetahuan deklaratif
diciptakan untuk mewakili pemahaman langkah dalam
pemecahan masalah
2.
Pada saat yang lain , ketika keadaan pemecahan masalah serupa tercapai, struktur
ini deklaratif dapat
diambil dan digunakan sebagai
dasar untuk analogi. Dua pencarian yang ditimbulkan: sumber analogi, dan
membuat korespondensi antara contoh
masa lalu dan contoh saat
3.
Analogi adalah arsitektur
primitif yang menciptakan aturan produksi untuk mewakili pemahaman ACT-R bagaimana
contoh yang diterapkan untuk situasi saat ini. Aturan ini produksi kemudian tersedia untuk digunakan nanti jika diperlukan tanpa re-analogi.
4.
Jika aturan produksi tidak cukup kuat untuk membakar,
itu harus kembali dikiaskan. Ini akan
diperkuat dan akhirnya menjadi
tersedia.
5. Teori
skema untuk Sistem Instruksional Desain
• The rekonstruksi memori yang diusulkan dalam teori
skema memberi penekanan pada proses pengkodean dan pentingnya aktivasi
pengetahuan sebelumnya dalam belajar. Instruksi desain harus fokus pada
pengembangan metode pembelajaran untuk memfasilitasi proses pengorganisasian
struktur skema, dan untuk membuat hubungan yang bermakna antara apa pelajar
tahu dan apa yang mereka belajar.
• Desain harus fokus pada:
1. Memberikan konteks yang relevan untuk belajar dalam
rangka untuk mengaktifkan skema yang sudah ada
2. Mengembangkan dan menerapkan teknik bagi siswa
untuk digunakan untuk memaksakan struktur pada apa yang mereka pelajari dan
dengan demikian membuatnya lebih mudah diingat, seperti penggunaan pemetaan
informasi, atau pengelolaan tatap muka .
3.
Mewakili apa yang para ahli ketahui agar dapat memfasilitasi proses
pembelajaran: Case-based reasoning, formalisme untuk representasi
pengetahuan, digunakan untuk pengetahuan
model sistem bimbingan
cerdas. Rancangan sistem berfokus pada indeks cerita
ahli. Ketika siswa
memiliki masalah, akses ke
cerita bisa memberikan bantuan.
4.
Membuat materi pembelajaran bermakna: Menyediakan model
konseptual diciptakan oleh guru,
desainer, ilmuwan, atau insinyur untuk
membantu membuat beberapa sistem
target dimengerti, mengidentifikasi
mental model pembelajar.
E. Kesimpulan
Komponen utama dalam pembelajaran dari pendekatan teori
kognitif adalah memperkaya pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik,
mengorganisasikan materi yang telah diperjari, menfasilitasi perhatian peserta
didik, mengkodekan dan mengonstruksi makna, dan memperkaya pemahaman. Seperti
yang asumsikan oleh solso (2001),
yaitu: (1) kognisi dapat difahami dengan menganalisa kognisi ke dalam
serangkaian yang pada umumnya secara berurutan. (2) Masing-masing tahap akan
terjadi pemrosesan terhadap informasi yang datang. (3) Tiap tahapan akan
menerima informasi dari tahap sebelumnya dan kemudian melakukan fungsi khasnya.
Dengan demikian melalui metafora sebuah komputer, psikologi kognitif dapat
berperan dalam menjelaskan teori-teori proses dalam motivasi berupa seperangkat
urutan proses.
Daftar Rujukan
Bjorklund,
D.F (2000). Children's thinking:developmental function and individual
differences. Belmont, CA : Wadsworth
Elliott, S.N, dkk, (2000), Education Psychology: Efective Teaching,
Effective Learning. Third Edition .Boston : The Macgraw –Hill Boak Co- Singapore
Egger, Paul dan Kauchak, Don, (1997), Educational Psychology Windows on
Classroom. New Jersey : Prentice - Hall, Inc.
Gredler Margaret. E. (2011). Learning And Instruction : Theoty into
Practise. New Jersey:Merrill Prentice Hall
Paul, Cognitive Theories of learning (on line
) http://paulford.com/cognitive-approach-to-learning/
tgl 23 juli 2013
Slavin, Robert E, (1994). Educational Psychology Theory and Practice.Boston
L Allyn and Bacon.
Solso, R.L. (2001). Cognitive Psychology. 6th
Edition. Allyn & Bacon: Needham Height, MA.
Sternberg,
R.J. (2006) Cognitive Psychology. Belmont, CA: Thomson Wadsworth